Dimas
Dimas Seorang manusia yang hobi menulis

Kaleng Khong Guan Saat Ini

Sudah berbulan-bulan sejak momen lebaran, bahkan beberapa minggu setelah Idul Adha/Lebaran Haji berlalu. Pagi ini, sambil menikmati sarapan, saya menemukan sebuah video di YouTube yang menarik perhatian saya. Video tersebut berasal dari Dr. Indrawan Nugroho dan membahas tentang biskuit Khong Guan. Di dalamnya, dia membicarakan strategi pemasaran yang sangat menarik, khususnya terkait dengan kemasan yang unik dan konsisten.

Alasan mengapa video ini menarik perhatian saya cukup menarik. Beberapa waktu lalu, kunjungan saya ke rumah seorang teman membuka pandangan baru. Saya menemukan toples Khong Guan yang masih berisi, tapi isinya bukanlah rengginang atau peyek seperti yang biasanya ada di musim lebaran. Tapi wafer Khong Guan? Sudah habis terjual! Ini benar-benar menarik perhatian saya. Saya merenung, "Mengapa Khong Guan selalu muncul setiap lebaran? Sementara rasanya mungkin biasa saja dan ada banyak camilan lebih lezat, bahkan kali ini tidak ada yang menyentuhnya." Pertanyaan tersebut memicu pemikiran mendalam.

Dalam pandangan saya, Khong Guan telah menjadi semacam tradisi dalam momen lebaran, mirip dengan iklan sirup yang muncul menjelang bulan puasa. Namun, saya melihat tren ini mulai terkikis oleh generasi muda dengan selera yang lebih beragam. Mereka cenderung lebih tertarik pada dunia digital dan tren makanan yang sedang naik daun daripada makanan berdasarkan tradisi. Faktor ini, ditambah dengan akses cepat terhadap informasi baru, membuat mereka berpaling dari pola konsumsi tradisional.

Pertanyaannya adalah, bagaimana nasib Khong Guan dalam situasi ini? Saya tertarik dengan pendekatan pemasaran yang diuraikan dalam video tersebut, terutama strategi kemasan. Saya membandingkan hal ini dengan merek lain yang sukses seperti Coca-Cola. Sama-sama menjadi ikon di pasar mereka masing-masing, tetapi Coca-Cola telah berhasil mengintegrasikan mereknya dengan berbagai acara dan kolaborasi, bahkan menghasilkan kemasan edisi terbatas. Sesuatu yang belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh Khong Guan.

Penggambaran ikonik Khong Guan adalah hal yang kuat, tetapi mungkin saatnya untuk melangkah lebih jauh. Saya melihat adanya potensi untuk memodernisasi desain kemasan agar tetap relevan dengan tren minimalis dan sederhana yang sedang berkembang. Walaupun kita melihat popularitas gaya vintage, akan menarik untuk melihat bagaimana ini bisa diaplikasikan dalam konteks Khong Guan tanpa menghilangkan identitasnya yang kuat.

Namun, perubahan ini tidak akan menghapus eksistensi merek ini. Khong Guan memiliki beragam jenis biskuit selain varian kalengnya yang ikonik. Mereka telah menciptakan merek seperti Monde, Makist, dan lainnya untuk menjangkau beragam konsumen. Walaupun mungkin ada penurunan popularitas pada varian ikonik, hal ini tidak akan mengguncangkan fondasi merek ini. Selera mungkin akan bergeser kembali ke tradisi dengan sentuhan modern, seperti yang kita lihat dalam tren fashion.

Youtube : Dr. Indrawan Nugroho

Sebagai pertanyaan akhir yang diajukan oleh Dr. Indrawan Nugroho dalam video, "Mampukah Khong Guan bertahan?" Menurut saya, jawabannya adalah ya. Namun, ini memerlukan kemampuan beradaptasi dan inovasi yang terus menerus. Untuk varian biskuit Khong Guan dalam kaleng ikoniknya, kita mungkin akan melihat penurunan popularitas tetapi tetap akan memiliki tempat di pasar, meskipun mungkin tidak sebesar sebelumnya. Semua ini tergantung pada strategi dan langkah yang diambil oleh Khong Guan ke depan.

Dimas
Dimas  Seorang manusia yang hobi menulis

Komentar

Video Terbaru