
Tepat tadi malam sebelum aku menulis artikel ini, aku membaca sebuah thread twitter dengan topik sebuah merchant yang hanya menerima pembayaran QRIS dari ewallet dan tidak menerima dari mobile banking.
Pada awalnya aku berpendapat bahwasanya toko tersebut memang hanya menerima ewallet karena tidak benar-benar mendukung pembayaran QRIS. Hal ini mengingat pengalamanku dalam menggunakan ewallet, GOPAY. Bisa dibilang saat menggunakan GOPAY metode umum jika ingin menggunakan QRIS adalah kita memindai QR yang disajikan merchant, tapi itu jarang terjadi. Aku terbiasa belanja di minimarket yang notabennya adalah salah satu yang terkenal di Indonesia, tapi metode yang digunakan adalah kita menyodorkan barcode atau QR dari aplikasi dan merchant yang akan memindainya. Meski begitu, QR yang dipindai bukanlah QRIS.
Kenapa bukan QRIS? bukankah QRIS juga mempunyai sistem seperti itu?
QR gopay bukan QRIS karena pada dasarnya itu adalah kode token pembayaran dari ewallet yang ditampilkan dalam bentuk QR. Token yang diberikan hanya berupa kombinasi angka yang tidak terlalu unik sehingga dapat ditampilkan dalam bentuk barcode juga. Selain itu dapat dilihat jika nominal maksimal pembayaran hanya Rp500.000,- dimana QRIS seharusnya dapat digunakan sampai Rp10.000.000,- .
QRIS yang disediakan BI memang menyediakan model pembayaran CPM (Customer Presented Mode) dengan user atau konsumen yang menampilkan QR nya, tapi itu masih jarang digunakan.
Mari kita lihat contoh lainnya, OVO. Dalam pilihan pembayaran OVO terdapat pilihan QRIS, kode pembayaran, serta loyalty code. Banyak bukan? seingatku pilihan untuk menampilkan QRIS dari perangkat seluler baru beberapa bulan ini muncul, yang mana sebelumnya hanya dapat memindai QRIS. Selain dengan memindai QRIS hanya ada pilihan menampilkan barcode (loyalty code) dan kode pembayaran mirip dengan GOPAY. Meskipun barcode dan QR yang ditampilkan bukan QRIS, masih banyak yang salah kaprah menganggap itu QRIS.
Sepemahamanku adalah demikian, jika salah mohon diperbaiki. Selain itu GOPAY sendiri juga tidak menampilkan atau memberitahukan jika QR yang disediakan saat ini adalah QRIS. Tapi ada juga aplikasi GOPAY terbaru yang entah metode apa saja yang ditawarkan, aku belum dapat mencobanya karena tidak mendukung di kotaku.
Oh iya, BCA sendiri baru dapat menampilkan QRIS dari perangkat pengguna sejak dua minggu lalu dan terbatas di BCA Mobile (belum tersedia di My BCA) setidaknya saat aku menulis artikel ini.
Satu lagi, pembayaran dengan GOPAY di MCD sepertinya juga belum QRIS, meski menampilkan kode QR yang diprint out melalui EDC, tetap hanya GOPAY yang dapat memindai dan melakukan pembayaran. Aku pernah mencoba menggunakan QRIS pindaian dari mbanking lain dan tidak terdeteksi. Antara aku yang tidak tahu, atau memang itu bukan QRIS.
QRIS ini dibuat untuk mempermudah transaksi, tapi kenapa masih minim penggunaanya. Bahkan di toko retail besar belum sepenuhnya menggunakannya. Kalah dengan pedagang kecil?
Saat kita belanja di pedagang kecil mayoritas kita hanya tinggal memindai QR yang disediakan. Pedagang kecil yang kumaksud adalah seperti tukang siomai di CFD atau pameran ya, itupun tidak semua. Sementara jika di retail besar, mayoritas meminta kita yang menampilkan QR, Barcode, atau Kode pembayaran. Menurutku itu demi keamanan serta kemudahan untuk verifikasi pembayaran melalui POS (Point of Sale). Aku kurang tau rincian sistemnya, tapi itu lebih masuk akal mengingat saat kita membayar dengan debit juga sering di data nomor kartunya untuk verifikasi pembayaran.
Sekarang bank dan ewallet sudah dapat menampilkan kode QRIS dari perangkat, kenapa masih banyak merchant yang membatasi metode pembayaran? dan banyak yang menolak QRIS dari bank?
Ada beberapa hal yang kutangkap setelah membaca thread dan sedikit berselancar di internet.
Pertama, BIAYA atau FEE. BI sendiri mematok FEE sebesar 0,7% dalam setiap transaksi dengan QRIS. Memang untuk UMKM 0%, dan itulah mengapa pedagang kecil banyak yang menggunakannya tapi merchant besar malah membatasi penggunaannya. Tidak sedikit yang mengeluhkan hal ini, tapi mengingat Fee itu lebih kecil dari pembayaran dengan debit, seharusnya 0,7% tidak masalah.
Masuk ke permasalahan kedua, QRIS dari bank sering gagal dan sulit untuk mengurusnya. Dalam hal ini bisa dikatakan deal breaker penggunaan QRIS dari bank. Pada dasarnya ewallet tidak memiliki SOP atau aturan seketat Bank sehingga kesalahan atau error dapat yang mengganggu pengguna atau merchant dapat diselesaikan dengan cepat. Hal ini berbeda dengan bank yang memiliki SOP dan aturan ketat sehingga dapat mempersulit pengguna dan merchant dengan mengatasnamakan keamanan. Karena hal ini aku jadi berpikir ulang, mungkin bank lebih cocok untuk menabung dan transaksi dalam jumlah besar. Sedangkan ewallet sepertinya cocok untuk daily use. Jika ada error saat pembelian dalam jumlah kecil, untuk mengurusnya di bank dengan SOP yang belibet tentunya enggan atau hanya buang-buang waktu. Kembali ke preferensi masing-masing juga, ada yang ingin satu aplikasi untuk semua, ada juga yang ingin membaginya dalam beberapa kategori seperti berdasarkan tingkat resikonya.
Permasalahan ketiga, proses Switching. Pada dasarnya saat kita membayar dengan ewallet A dan merchantnya menggunakan ewallet B, ada satu proses lagi yang perlu dilakukan, yaitu switching. Setahuku pihak yang diberikan BI untuk berwenang dalam hal ini adalah PT. Rintis Sejahtera (mohon diralat jika salah). Aku tidak tahu apakah proses switchingnya dilakukan secara realtime atau tidak tapi banyak yang berkomentar jika pembayaran dari QRIS yang disediakan ewallet atau bank lain diproses sehari atau dapat tarik H+1 setelah transaksi, selain itu jika hari berikutnya adalah weekend atau hari libur maka baru dapat diambil hari senin atau hari kerja, Dalam hal ini aku kurang tau salahnya ada dimana, dari bank/ewallet pengirim dana, penerima dana, atau lembaga yang bertanggung jawab dalam switching dana. Apakah hal ini dialami merchant dari satu penyedia layanan ataukah dialami layanan lainnya, aku masih minim informasi. Tapi setidaknya dapat diketahui bahwa hal ini menjadi salah satu deal breaker penggunaan QRIS beda layanan/ewallet/bank.
Sebenarnya aku suka menggunakan QRIS dan berharap dapat merata di Indonesia, sempat aku menyalahkan merchant (dalam hati) karena tidak menerapkannya. Tapi sekarang, setelah mengetahui bahwa ada permasalahan dibaliknya tentu aku juga berharap pihak berwenang dapat memperbaikinya sehingga merchant dan pengguna (konsumen) dapat menikmati kemudahan dalam penggunaan mode pembayaran QRIS ini.