
“Turun dimana?” Tanya beliau.
Kami mulai berbincang singkat, atau bisa kukatakan beliaulah yang memberiku sebuah wewejangan.
Satu hal yang agak kurang ku suka adalah saat dia menanyakan mengenai motor apa yang aku miliki dan melirik handphoneku yang merupakan sebuah iPhone (model jadul).
“Minta orang tua ya?” Tanya beliau.
Tidak ingin ku membahasnya maka aku diam. Karena dasarnya memang dari orang tua (aku belum berpenghasilan).
Beliau bercerita, beliau adalah seorang pensiunan guru. Dulu beliau ditinggalkan oleh suaminya sehingga harus merawat 3 anaknya seorang diri. Dengan gaji seorang guru di Indonesia yang tidak seberapa, beliau harus bersusah payah.
Semua dimulai dari minus lagi bisa, bisa dibilang demikian. Gaji yang tidak cukup tentu mengharuskan beliau bekerja diluar pekerjaannya. Beliau memulai sebuah usaha. Bermodal pinjaman dari bank, beliau memulai usaha chatering.
Karena mungkin rejeki anak beliau ada di sana, usaha beliau mulai berkembang. Beliau mampu melalui masa-masa sulit dan bahkan mampu menghidupi keluarga lain.
Anak beliau saat ini sudah memiliki keluarganya masing-masing. Salah satunya sering keliling luar negeri dan tentu saja mengajaknya. Bahkan saat ini beliau sedang dalam perjalanan pulang setelah mengunjungi anaknya di malang yang merupakan seorang kontraktor.
Aku tidak akan mempertanyakan kebenaran dari apa yang dia ceritakan. Setelah dia menceritakan kisah tentang dia dan orang tuanya.
Tak tahu kapan tepatnya. Di masa-masa suksesnya, beliau merawat ibunya yang sudah tua. Bayak kesalahan-kesalahan kecil yang normal dilakukan orang yang sudah mulai pikun dan beranjak menjadi anak-anak kembali. Hal tersebut terus berlalu hingga saat memasak.
Usaha chatering yang jualan utamanya tentu masakan, mungkin membuat beliau merasa kurang nyaman jika ibunya terlihat bermain-main dengan masakan. Seperti menggunakan sabun cuci piring sebagai minyak karena salah mengira atau kesalahan kecil lainnya.
Keluarlah dari mulut beliau. “Sudah bu, ibuk ga perlu bantu apa-apa?”
Tau apa jawaban ibunya? Jawaban yang membangunkanku.
“Jika aku tidak boleh ini itu, mending aku mati saja, ga ada yang bisa aku lakukan.” Intinya seperti itu dan ibu beliau meninggal beberapa waktu setelahnya.
Beliau memberiiku nasehat mengenaii hal itu. Pada intinya orang perlu alasan untuk hidup, jika kamu mengambil alasan yang dia punya itu sama saja membunuhnya dengan perlahan.
“Saat ibu mu sudah tua nanti, jangan larang dia melakukan apa yang dia mau, meski itu berujung pada kesalahan kecil. Ibu mu hanya ingin melakukan sesuatu.”