Dimas
Dimas Seorang manusia yang hobi menulis

Sekarang untuk Nanti [Cerpen]

Sebuah kamar bertema estetik dengan lampu LED kuning dan berbagai hiasan. Seorang perempuan duduk di kursi, berhadapan dengan laptop. Anna, terlihat cemas dengan pekerjaannya.

'Ping', notifikasi laptop dan pop-up email memecah konsentrasi Anna. Dari pop-up email muncul nama Dizi. "Hai Ann... apa kabar?"

Anna, yang awalnya gelisah, mulai tersenyum melihat pesan dari Dizi. "Hallo Di... aku baik, ada apa?"

Dalam beberapa detik, Dizi langsung menjawab, "Aku dapat pesan dari mama-mu."

"Hah? Bagaimana bisa? Darimana Mama-ku dapat kontakmu?" Anna terkejut. Meski dekat di kampus dan sosial media, mereka tidak pernah bertemu di rumah masing-masing.

"Entahlah, aku tiba-tiba mendapatkan DM dari mama-mu di Facebook. Dia menanyakan kabarmu dan memintaku untuk menyemangatimu."

"Menyemangati untuk apa?"

"Untuk skripsi. Bentar, aku screeshootkan."

Hening hampir setengah jam. Anna yang tak sabar menelfon Dizi. 'Diiingg' dering handphone Dizi.



***

Dizi: "Iya Ann, Ada apa?"

Anna: "Mana screenshotnya??!!!" (dengan nada tinggi)

Dizi: "Emm..."

Anna: "Emm? Apa?"

Dizi: "Jadi begini..."

Hening 30 detik.

Anna: "Gini gimana...???"

Dizi: "Haaaahhh… Jadi gini, ternyata pesan mama-mu yang paling akhir bilang untuk tidak mengatakannya padamu."

Anna: "Hahaha... aku pikir kenapa. Sudah tak apa... aku juga tidak akan bilang ke mama kalau kamu bilang itu padaku. Tapi kamu balas apa?"

Dizi: "Ya aku tanya Anna yang mana. Kan Anna di kelas kita ada dua. Dia jawab Anna Nadafi."

Anna: "Lalu?"

Dizi: "Aku jawab kalau aku sudah lama ga ketemu dan komunikasi sama kamu tapi nanti aku bakal coba hubungi kamu."

Anna: "Iya juga ya, sudah berapa lama kita ga komunikasi?"

Dizi: "Hampir tiga bulan mungkin."

Anna: "Lama juga ya, temen apa kita ini sampe bisa ga komunikasi 3 bulan, masih di kota yang sama loh."

Dizi: "Ya mana aku tahu, kamu sendiri yang ga jawab pesanku."

Anna: "Gimana mau jawab, kamu bercandanya jelek."

Dizi: "Ok Maaf deh… jadi gimana skripsimu?"

Anna: "Masih bingung aku mulai darimana. Hampir dua jam tadi di depan laptop tapi gada progress. Aku gada ide sama sekali. Kamu gimana?"

Dizi: "Aku udah sidang 2 hari yang lalu. Ini sudah selesai revisi, jadi besok aku mau minta persetujuan penguji dan pembimbing buat syarat kelulusan."

Anna: "Cepet banget... kok ga kabar-kabar kalau sudah sidang?"

Dizi: "Gimana ya… aku sendiri emang diem-diem biar gada yang dateng."

Anna: "Kenapa?"

Dizi: "Kaya kamu ga kenal aku aja, pake nanya."

Anna: "Hmmm..."

Dizi: "Kamu sendiri gimana pentasnya?"

Anna: "Jalannya lancar si, cuma ya efeknya di skripsiku ini."

Dizi: "Ann… kamu gapapa?" (suasana mulai berubah… Dizi mulai berbicara dengan lebih lembut/pelan)

Anna: "Gapapa… aku tahu kamu mau menanyakan kuliahku... aku tahu ini bukan passionku. Tapi sama seperti yang pernah kamu bilang, tidak ada salahnya aku menyelesaikan ini yang sudah di ujung. Lalu setidaknya aku bisa melihat orang tuaku tersenyum atau haru melihatku di wisuda. Aku akan ingat itu… aku akan menyelesaikannya."

Dizi: "Baiklah… semangat ya…"

Anna: "Dii"

Dizi: "Ya?"

Anna: "Dizi pernah bilang kalo ini bukan passionnya juga kan?"

Dizi: "Benar"

Anna: "Apa yang membuatmu yakin bisa menyelesaikan ini selain dua hal tadi."

Dizi: "Ann… bisa berbicara lancar di hadapan orang banyak itu karena studi ini. Aku juga tetap bisa mengembangkan kemampuanku lewat kesempatan lain nantinya."

Anna: "Lewat apa itu?"

Dizi: "Entahlah… aku akan memikirkan itu nanti. Semua pasti ada jalannya."

Anna: "Ayolah Di… aku perlu lebih banyak hal untuk motivasi."

Dizi: "Katanya gapapa?"

Anna: "Diiii"

Dizi: "Anna kenapa memilih ini?"

Anna: "Karena permintaan mama."

Dizi: "Bukankah Anna sudah ada pada passionnya selama satu tahun? Kenapa mau mulai dari awal pada hal yang bukan passionnya Anna?"

Anna: "Karena permintaan mama?"

Dizi: "Kenapa kamu mau?"

Anna: "Aku takut Di… aku juga masih dibiayai mama… aku gaberani menolak."

Dizi: "Jika begitu, cepatlah lulus… cari uang sendiri… mandirilah… lalu kembangkan diri sesuai keinginanmu tanpa ada beban orang tua."

Anna: "Apa aku bisa?"

Dizi: "Tentu bisa…"

Anna: "Lalu bagaimana mama-ku?"

Dizi: "Orang tua pasti ingin anaknya bahagia. Meski kemarin kamu ada di tempat yang kamu sukai… tapi itu belum tentu baik dari segi lingkungannya…"

Anna: "Lingkungannya?"

Dizi: "Kamu akan tahu sendiri nanti."

Anna: "Huff… iya-iya… aku cewek emang ga tau apa-apa tentang pergaulan bebas…"

Dizi: "Heh…"

Anna: "Hehe… Dizi sekarang gimana?"

Dizi: "Gimana apanya?"

Anna: "Setelah lulus mau apa?"

Dizi: "Anna dulu deh… setelah lulus mau apa?"

Anna: "Aku masih abu-abu banget…"

Dizi: "Aku sendiri pun sama… cuma…"

Anna: "Cuma?"

Dizi: "Aku punya keinginan untuk berada di tempat dimana aku dapat berguna."

Anna: "Maksudnya?"

Dizi: "Aku dulu memiliki cita-cita untuk membantu di daerah terpencil. Apapun itu… aku merasa jika disana, aku dapat lebih membantu dibandingkan di kota."

Anna: "Memang kenapa jika dikota?"

Dizi: "Di sini sudah banyak orang berbakat dan lebih hebat dariku, jadi hanya sedikit yang bisa kulakukan. Aku merasa tidak berguna di sini."

Anna: "Menjadi berguna ya…"

Dizi: "Ya… tapi tidak muluk-muluk deh."

Anna: "Tidak muluk-muluk?"

Dizi: "Aku suka melihat orang-orang yang mengorbankan dirinya untuk orang lain, untuk kepentingan orang banyak. Entah kenapa aku cukup mendambakan keadaan seperti itu."

Anna: "Hah?"

Dizi: "Layaknya aku menyelamatkan anak kecil dari sebuah bencana. Meski aku harus meregang nyawa. Setidaknya aku merasa berguna telah berhasil menyelamatkan nyawa orang lain. Entah ia akan memberikan dampak positif ataupun negatif pada dunia, aku tak apa. Eh… tapi jika dia mampu memberikan dampak positif bagi dunia, apalagi dalam skala besar… aku mungkin akan menjadi lebih bahagia di sana, dan dapat beristirahat dengan tenang…"

Anna: "Dii…"

Dizi: "Ya?"

Anna: "Jangan jalan sendirian dulu ya…"

Dizi: "Hahaha… tenanglah… itu hanya angan-angan…"

Anna: "Hmmm… pokoknya jangan…

Dizi: "Iya deh…"

Anna: "Tapii… menjadi berguna ya,,, aku belum pernah memikirkannya sebelum ini."

Dizi: "Cobalah mulai berfikir mengenai apa yang kamu inginkan."

Anna: "Entahlah… selama ini aku hanya ikut apa kata mama… aku tidak berani memulainya sendiri. Aku juga anak cewek bukan?"

Dizi: "Tidak ada masalah tentang cewek atau cowok. Kamu juga perlu belajar untuk mengatakan apa yang kamu mau pada mama-mu… meski tidak seratus persen pasti diterima, tapi coba saja."

Anna: "Iya si… aku akan mencobanya… tapi sebelum itu… aku juga perlu memikirkanya dulu."

Dizi: "Mengenai yang kamu inginkan?"

Anna: "Iya."

Dizi: "Oke… semangat… semangat juga skripsinya."

Anna: "Siappp… btw kamu wisudanya kapan? Mau kado apa? Kabari ya nanti tanggalnya…"

Dizi: "Ga, jangan datang… kalau kamu datang akan aku usir…"

Anna: "Hahaha… kamu banget ya… pokok aku akan datang. Yakin, ibu-mu akan marah kalo ngeliat anaknya ngusir-ngusir temennya sendiri…"

Dizi: "Hmmm… terserah deh…"

Anna: "Udah dulu ya… kapan-kapan kita ngobrol lagi."

Dizi: "Iya… istirahat kalau capek. Jangan dipaksakan. Daa…"

Anna: "Iya.. Daa…"

***

Telfon ditutup oleh Anna. Ia meletakkan smartphone-nya lalu kembali menatap laptopnya. Bedanya kali ini dia tampak senang, tak ada rasa gusar yang tampak dalam ekspresinya.

Ia mulai memainkan tangannya pada trackpad dan keyboard. Berselancar di internet sambil mencatat apa yang ia anggap berguna dan penting untuk skripsinya. Ia mulai bekerja.



Selesai~

Dimas
Dimas  Seorang manusia yang hobi menulis

Komentar

Video Terbaru